Mafia Yakuza adalah salah satu ikon budaya Jepang yang paling menggoda dan menarik perhatian. Mereka sering diilustrasikan dalam film, buku, dan media lainnya sebagai karakter yang konyol dan berantakan, tetapi apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana mereka menjadi bagian dari budaya Jepang yang kompleks ini?
Sejarah Singkat
Yakuza sendiri berarti “organisasi” atau “kumpulan” dalam bahasa Jepang. Mereka bermula sebagai kelompok-kelompok kecil yang terbentuk di awal abad ke-17, tetapi seiring waktu mereka menjadi semakin besar dan kuat. Pada abad ke-20, Yakuza telah berkembang menjadi salah satu organisasi kriminal terbesar di Jepang.
Bagaimana Mereka Tampak dalam Budaya Populer
Dalam film-film Jepang seperti “Battles Without Honor and Humanity” dan “Sonatine”, Yakuza sering diwakili sebagai karakter yang kuat dan tegas. Mereka dipamerkan sebagai pejabat yang tangguh, yang bisa melarikan diri dari bahaya dengan mudah.
Namun, dalam budaya populer Jepang, Yakuza tidak hanya diwakili sebagai karakter konyol dan berantakan. Mereka juga dipamerkan sebagai simbol kekuatan dan kejadian, yang penuh dengan tradisi dan etika.
Perbedaan Antara Film dan Kenyataan
Seperti halnya di dalam kehidupan sehari-hari, film-film Jepang tentang Yakuza sering berbicara tentang “gangster” yang menggelung topi hitam dan merokok roko. Tapi, dalam kenyataannya, Yakuza bukanlah seperti itu.
- Yakuza memiliki etika yang kuat dan tradisi yang kompleks
- Mereka sering mengajarkan nilai-nilai seperti “omotenashi” (kesetiaan) dan “giri” (dutaperti)
- Mereka juga memiliki peran penting dalam membantu anggota komunitas lokal
Menariknya, Yakuza bukanlah hanya tentang kejahatan
Mereka juga memiliki aspek positif dalam budaya Jepang yang kompleks. Mereka sering dihadiri dengan acara-acara kecil seperti pernikahan dan upacara- upacara lainnya.
Sebenarnya, Yakuza lebih suka untuk membantu masyarakat daripada melakukan kejahatan. Mereka memiliki program-program sosial yang berfokus pada edukasi dan pengembangan komunitas.