Yakuza, organisasi kriminal Jepang yang sangat berpengaruh, telah menjadi subjek penelitian di bidang perfilman. Dalam dunia perfilman, Yakuza seringkali diperankan sebagai tokoh yang kuat dan tak terlontarkan, namun sebenarnya ada dua aspek utama dalam portrayal Yakuza di film: penghormatan tradisi dan eksploitasi komersial.
Penghormatan Tradisi
Salah satu contoh penerapan penghormatan tradisi adalah dalam film “Battles Without Honor and Humanity” (1973) yang disutradarai oleh Kinji Fukasaku. Film ini menampilkan Yakuza sebagai organisasi yang mengikuti aturan-aturan tertinggi, dengan kekuasaan dan rahasia yang sangat dihormati.
- Characterisasi Yakuza sebagai orang-orang yang sangat setia dan patuh kepada aturan organisasi mereka.
- Penggunaan elemen-elemen budaya Jepang, seperti samurai dan bushido, untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian Yakuza.
Contoh dari penghormatan tradisi ini juga bisa dilihat dalam film “The Outlaw Josey Wales” (1976) yang dibintangi oleh Clint Eastwood. Meskipun film ini tidak secara langsung tentang Yakuza, namun penggambaran penjahat yang setia dan patuh kepada aturan mereka dapat dihubungkan dengan tradisi Yakuza.
Eksploitasi Komersial
Selain dari aspek penghormatan tradisi, Yakuza juga seringkali diperankan sebagai karakter yang menarik dan menakutkan dalam film. Eksploitasi komersial ini dapat dilihat dalam film-film seperti “The Yakuza” (1974) dan “Twilight Samurai” (2002), yang menggunakan elemen-elemen kejahatan dan konflik untuk meningkatkan aksi dan eksitasi.
- Penggunaan karakter Yakuza sebagai penjahat yang menakutkan dan kuat, untuk meningkatkan aksi dan eksitasi dalam film.
- Pemakaian simbol-simbol Yakuza, seperti bintang putih dan kulit hitam, untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian karakter.
Contoh dari eksploitasi komersial ini juga bisa dilihat dalam film-film modern yang menggunakan Yakuza sebagai latar belakang, seperti “Sleepy Hollow” (1999) dan “Gantz” (2004). Meskipun film-film ini tidak secara langsung tentang Yakuza, namun penggambaran kejahatan dan konflik dapat dihubungkan dengan eksploitasi komersial.
Perbedaan Antara Penghormatan Tradisi dan Eksploitasi Komersial
Penghormatan tradisi dan eksploitasi komersial dalam portrayal Yakuza di film memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Penghormatan tradisi melibatkan penggunaan elemen-elemen budaya Jepang untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian Yakuza, sedangkan eksploitasi komersial melibatkan penggunaan karakter Yakuza sebagai penjahat yang menakutkan dan kuat.
- Penghormatan tradisi lebih fokus pada penunjukkan kekuatan dan keberanian Yakuza, sedangkan eksploitasi komersial lebih fokus pada meningkatkan aksi dan eksitasi.
- Penghormatan tradisi seringkali menggunakan elemen-elemen budaya Jepang yang autentik, sedangkan eksploitasi komersial seringkali menggunakan elemen-elemen yang tidak autentik atau disempurnakan.
Kesimpulan
Yakuza di dunia perfilman memiliki dua aspek utama dalam portrayal: penghormatan tradisi dan eksploitasi komersial. Penghormatan tradisi melibatkan penggunaan elemen-elemen budaya Jepang untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian Yakuza, sedangkan eksploitasi komersial melibatkan penggunaan karakter Yakuza sebagai penjahat yang menakutkan dan kuat. Keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam menunjukkan kekuatan dan keberanian Yakuza.
Analogi Sehari-Hari
Contoh analogi sehari-hari untuk penghormatan tradisi adalah ketika seseorang mengikuti aturan-aturan tertinggi dalam pekerjaannya. Mereka akan melaksanakan tugas dengan baik dan patuh kepada aturan, karena mereka yakin bahwa itu adalah cara yang benar untuk mencapai tujuan mereka.
Contoh analogi sehari-hari untuk eksploitasi komersial adalah ketika seseorang menggunakan promosi untuk meningkatkan penjualan produk. Mereka akan menampilkan harga yang lebih rendah dan diskon, tetapi sebenarnya tidak berubah apa-apa dengan produk itu sendiri.